Notification

×

Iklan

Iklan

Most Popular Tags

BERLOMBA DENGAN MAHASISWA, SMAN 1 MANIANGPAJO JUARA 3

Senin, 04 Mei 2015 | 20.20 WIB Last Updated 2015-05-05T16:33:21Z
    Share


Peserta Lomba dari SMAN 1 Maniangpajo (Foto: Yasser)
Yogyakarta, Tirtaindonesia.com --- Satu lagi prestasi tingkat nasional yang diraih oleh Anggota Pramuka SMA Negeri 1 Maniangpajo Kabupaten Wajo, setelah Mardiwansyah dinobatkan sebagai Juara III Lomba Pidato dan Drama Klasik Nasional 2015 yang digelar oleh Racana KH. Ahmad Dahlan – Nyai Hj. Ahmad Dahlan Pangkalan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Ahad (03/05/2015). Selain Mardiwansyah, satu Anggota Pramuka lainnya, Andi Kartika juga dinobatkan sebagai finalis pada kegiatan yang sama.

Sebelum tampil di Yogyakarta, kedua anggota pramuka penegak SMA Negeri 1 Maniangpajo mengawali kegiatan ini dengan mengikuti audisi online yang diikuti oleh Anggota Pramuka tingkatan usia penegak putra dan putri se-Indonesia (SMA/SMK/MA/Sederajat), Satuan Karya Pramuka, Mahasiswa dan Umum.

Dari hasil audisi online tersebut, melahirkan peserta Grand Final yang terdiri atas 5 anggota pramuka penegak dan 7 Mahasiswa. Namun, pada akhirnya yang unjuk kebolehan di depan dewan juri hanya 9 orang yaitu Mardiwansyah dan Andi Kartika (Anggota Pramuka Penegak SMA Negeri  1 Maniangpajo) beserta 7 mahasiswa lainnya yang tersebar dari Universitas Mulawarman Samarinda (2 orang), Unversitas Islam Indonesia Yogyakarta (1 orang), Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (2 orang), STIKES Kharisma Karawang (1 orang), dan Universitas Hasanuddin Makassar (1 orang).

Sistem lomba yang digunakan adalah peserta menampilkan pidatonya secara langsung di hadapan dewan juri yang terdiri Ki Sutikno (Tokoh Pendidikan dan Budaya Yogyakarta, Ka. PUSDIKLATDA Kwarda XII Daerah Istimewa Yogyakarta), Erni Zuhriyati, S.S., S.IP., M.A.  (Akademis UMY, Dosen Ilmu Pemerintahan Fisipol UMY), dan Ewang Sewoko, S.Psi., M.A. (Penyiar TVRI Jogja, Plt. Bidang Remaja BKKBN Perwakilan DIY, Psikolog).

Adapun tema perlombaan adalah “Peran Pramuka dan Pemuda Indonesia dalam Mempersiapkan Generasi Berintelektual, Berkarakter, dan Berbudaya”. Sistem lomba diikuti perseorangan dan tidak ada pemisahan satuan.

Mardiwansyah, dalam pidatonya menekankan bahwa generasi muda adalah masa depan bangsa, tunas-tunas bangsa, dan merupakan ujung tombak suatu bangsa. Sehingga butuh aksi nyata utamaya bagi kita Pramuka Penegak sebagai pembentuk karakter generasi muda. “Taro ada Taro gau, Sisebbu ada, Seddi Gau,Gau’e Mappannessa. Yang artinya perkataan dan perbuatan harus sesuai, dari seribu kata dan satu perbuatan, justru perbuatan yang membuktikan. Kita dapat dikenal dan diingat melalui apa yang kita lakukan, bukan apa yang kita ucapkan” ungkapnya sembari menutup pidatonya.

Sementara itu, Andi Kartika dalam pidatonya mengungkapkan sebuah pameobugis yang mengatakan lele bulu tellele abbiasang. Naiyya abiasangnge, abbiasang topa palelei. “Jika memang pendidikan kepramukaan khususnya Pramuka Penegak dikelola dengan baik dari sekarang, Insya Allah Generasi Emas 2045 akan terwujud. Hal tersebut tentunya butuh pembiasaan-pembiasaan yang dilahirkan di Pramuka,” ungkapnya.

Setelah ke-9 finalis membawakan pidatonya, giliran dewan juri menyampaikan kritikan untuk setiap peserta. Hingga pada akhirnya, Suhanda dari STIKES Kharisma Karawang Jawa Barat dinobatkan sebagai juara 1 dan berhak atas uang pembinaan sebesarRp. 1.500.000,- ditambah Trophy dari Kwartir Nasional Gerakan Pramuka.

Posisi kedua ditempati oleh M. Jabal Nur dari Universitas Hasanuddin Makassar, berhak atas uang pembinaan sebesar Rp. 1.250.000,- ditambah Trophy  Kepala Dinas Kebudayaan DIY. Dan urutan ketiga diraih oleh Mardiwansyah dari SMA Negeri 1 Maniangpajo KabupatenWajo, berhak atas uang pembinaan sebesarRp. 1.000.000,- ditambah Trophy Kepala BKKBN DIY

Ketua Gudep Wajo 06.013 Pangkalan SMA Negeri 1 Maniangpajo, Yasser Arafat mengungkapkan bahwa prestasi yang ditorehkan anak didiknya sungguh sangat membanggakan, apalagi peserta didiknya berlomba dengan mahasiswa yang sudah sarat dengan pengalaman berlomba. “Ini adalah yang pertama kalinya peserta didik kami mengikuti even nasional seperti ini, berlomba dengan mahasiswa sudah menjadi prestasi membanggakan. Apalagi jika dinobatkan sebagai Juara III” ungkapnya.

Lanjut Yasser, lomba hanya sebagai media untuk meraih tujuan utama, yaitu nilai-nilai pendidikan. Menurutnya, pendidikan termahal adalah pendidikan dari pengalaman. “Kami tidak kejar juara, tapi kami memburu pengalaman. Menimbah pengalaman hidup, adalah sebuah prestasi yang maha dahsyat” kuncinya. (Sumber : Yasser Arafat)