![]() |
Peserta Lomba dari SMAN 1 Maniangpajo (Foto: Yasser) |
Yogyakarta, Tirtaindonesia.com --- Satu lagi
prestasi tingkat nasional yang diraih oleh Anggota Pramuka SMA Negeri 1 Maniangpajo Kabupaten Wajo, setelah Mardiwansyah dinobatkan sebagai
Juara III Lomba Pidato dan Drama Klasik Nasional 2015 yang digelar oleh Racana
KH. Ahmad Dahlan – Nyai Hj. Ahmad Dahlan Pangkalan Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta, Ahad (03/05/2015). Selain Mardiwansyah, satu Anggota Pramuka lainnya,
Andi Kartika juga dinobatkan sebagai finalis pada kegiatan yang sama.
Sebelum tampil
di Yogyakarta, kedua anggota pramuka penegak SMA Negeri 1 Maniangpajo mengawali
kegiatan ini dengan mengikuti audisi online yang diikuti oleh Anggota Pramuka tingkatan
usia penegak putra dan putri se-Indonesia (SMA/SMK/MA/Sederajat), Satuan Karya Pramuka,
Mahasiswa dan Umum.
Dari
hasil audisi online tersebut, melahirkan peserta Grand Final yang terdiri atas 5
anggota pramuka penegak dan 7 Mahasiswa. Namun, pada akhirnya yang unjuk kebolehan
di depan dewan juri hanya 9 orang yaitu Mardiwansyah dan Andi Kartika (Anggota Pramuka
Penegak SMA Negeri 1 Maniangpajo)
beserta 7 mahasiswa lainnya yang tersebar dari Universitas Mulawarman Samarinda
(2 orang), Unversitas Islam Indonesia Yogyakarta (1 orang), Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta (2 orang), STIKES Kharisma Karawang (1 orang), dan Universitas Hasanuddin
Makassar (1 orang).
Sistem lomba
yang digunakan adalah peserta menampilkan pidatonya secara langsung di hadapan dewan
juri yang terdiri Ki Sutikno (Tokoh Pendidikan dan Budaya Yogyakarta, Ka.
PUSDIKLATDA Kwarda XII Daerah Istimewa Yogyakarta), Erni Zuhriyati, S.S.,
S.IP., M.A. (Akademis UMY, Dosen Ilmu Pemerintahan
Fisipol UMY), dan Ewang Sewoko, S.Psi., M.A. (Penyiar TVRI Jogja, Plt. Bidang Remaja
BKKBN Perwakilan DIY, Psikolog).
Adapun tema
perlombaan adalah “Peran Pramuka dan Pemuda Indonesia dalam Mempersiapkan Generasi
Berintelektual, Berkarakter, dan Berbudaya”. Sistem lomba diikuti perseorangan dan
tidak ada pemisahan satuan.
Mardiwansyah,
dalam pidatonya menekankan bahwa generasi muda adalah masa depan bangsa,
tunas-tunas bangsa, dan merupakan ujung tombak suatu bangsa. Sehingga butuh aksi
nyata utamaya bagi kita Pramuka Penegak sebagai pembentuk karakter generasi muda.
“Taro ada Taro gau, Sisebbu ada, Seddi Gau,Gau’e
Mappannessa. Yang artinya perkataan dan perbuatan harus sesuai, dari seribu
kata dan satu perbuatan, justru perbuatan yang membuktikan. Kita dapat dikenal dan
diingat melalui apa yang kita lakukan, bukan apa yang kita ucapkan” ungkapnya sembari
menutup pidatonya.
Sementara
itu, Andi Kartika dalam pidatonya mengungkapkan sebuah pameobugis yang
mengatakan lele bulu tellele abbiasang.
Naiyya abiasangnge, abbiasang topa palelei. “Jika memang pendidikan kepramukaan
khususnya Pramuka Penegak dikelola dengan baik dari sekarang, Insya Allah
Generasi Emas 2045 akan terwujud. Hal tersebut tentunya butuh pembiasaan-pembiasaan
yang dilahirkan di Pramuka,” ungkapnya.
Setelah
ke-9 finalis membawakan pidatonya, giliran dewan juri menyampaikan kritikan untuk
setiap peserta. Hingga pada akhirnya, Suhanda dari STIKES Kharisma Karawang Jawa
Barat dinobatkan sebagai juara 1 dan berhak atas uang pembinaan sebesarRp.
1.500.000,- ditambah Trophy dari Kwartir Nasional Gerakan Pramuka.
Posisi kedua
ditempati oleh M. Jabal Nur dari Universitas Hasanuddin Makassar, berhak atas uang
pembinaan sebesar Rp. 1.250.000,- ditambah Trophy Kepala Dinas Kebudayaan DIY. Dan urutan ketiga
diraih oleh Mardiwansyah dari SMA Negeri 1 Maniangpajo KabupatenWajo, berhak atas
uang pembinaan sebesarRp. 1.000.000,- ditambah Trophy Kepala BKKBN DIY
Ketua Gudep
Wajo 06.013 Pangkalan SMA Negeri 1 Maniangpajo, Yasser Arafat mengungkapkan bahwa
prestasi yang ditorehkan anak didiknya sungguh sangat membanggakan, apalagi peserta
didiknya berlomba dengan mahasiswa yang sudah sarat dengan pengalaman berlomba.
“Ini adalah yang pertama kalinya peserta didik kami mengikuti even nasional seperti
ini, berlomba dengan mahasiswa sudah menjadi prestasi membanggakan. Apalagi jika
dinobatkan sebagai Juara III” ungkapnya.
Lanjut
Yasser, lomba hanya sebagai media untuk meraih tujuan utama, yaitu nilai-nilai pendidikan.
Menurutnya, pendidikan termahal adalah pendidikan dari pengalaman. “Kami tidak kejar
juara, tapi kami memburu pengalaman. Menimbah pengalaman hidup, adalah sebuah prestasi
yang maha dahsyat” kuncinya. (Sumber : Yasser Arafat)