Belakangan ini ramai dibicarakan persoalan penulisan kata Insya Allah yang konon katanya terjadi kesalahan penulisan dan memiliki makna yang berbeda, baik melalui Facebook, Twitter, maupun
BBM. Penulisan yang benar menurut pembicaraan tersebut adalah In Sha Allah yang artinya kalau Allah menghendaki. Sementara Insya Allah itu sendiri diartikan "Menciptakan Allah'. Bahkan sempatberedar sebuah gambar yang mengatakan bahwa Dr. Zakir Abdul Karim Naik (Dr. Zakir Naik) juga membenarkan hal tersebut. Namun, pada akhirnya terbukti bahwa gambar tersebut hanyalah Hoax (pemberitaan palsu).
Persoalan ini sudah dijawab oleh beberapa tokoh agama Islam di tanah air. Di antaranya bisa dilihat dari penggalan tulisan yang kami kutip dari felixsiauw.com yang mengatakan,
"…Pertama-tama,
bahasa Arab dan bahasa Indonesia tentu berbeda, bila bahasa Indonesia disusun
berdasarkan huruf alfabet A-B-C dan seterusnya, sama seperti bahasa Inggris,
tidak dengan bahasa Arab. Bahasa Arab tersusun dari huruf hijaiyah semisal ا
(alif), ب (ba), ت (ta) dan seterusnya.
Perbedaan inilah
yang akhirnya mengharuskan adanya transliterasi (penulisan bahasa asing ke dalam
bahasa Indonesia), misalnya, kata الله dalam bahasa Arab, bila
ditransliterasikan ke dalam bahasa Indonesia bisa jadi “Allah”, “Alloh”,
“Awloh” atau apapun yang senada dengan bacaan asli Arabnya, tergantung
kesepakatan transliterasi.
Bila orang
Indonesia sudah nyaman membaca tulisan الله dengan transliterasi “Allah” ya
tidak perlu diganti dengan “Alloh” atau “Awloh”, toh bacanya juga sama walau
tulisannya beda.
By the way,
bahkan kalo orang nulis Allah dengan huruf kecil juga nggak dosa, karena dalam
bahasa Arab aslinya الله pun nggak ada huruf besar dan huruf kecil.
Hanya kembali
lagi, karena transliterasi dan penghormatan kepada Dzat Yang Maha Agung, ya
sejatinya sudah kita tulis dengan “Allah”
Ok, sekarang,
Insya Allah atau In Shaa Allah? yang bener إن شاء الله hehe..
Jadi kita bedah
begini ceritanya
إن = bila
شاء =
menghendaki
الله = Allah
Jadi, artinya إن
شاء الله = bila Allah berkehendak
Nah, balik lagi
ke transliterasi, terserah kesepakatan kita mau mentransliterasikan huruf ش
jadi apa? “syaa” atau “shaa”?,
Kalo di negeri
berbahasa Inggris sana, kata ش diartikan jadi “shaa”, kalo di Indonesia jadi
“syaa”
masalahnya di
Indonesia, huruf ص sudah ditransliterasikan jadi “shaa”, kalo disamain jadi
tabrakan deh..
Saya pribadi
lebih suka mentransliterasikan إن شاء الله jadi “InsyaAllah”, lebih simpel dan
sesuai transliterasi bahasa Indonesia
Nah, bagaimana
katanya kalo ada yang bilang “InsyaAllah” berarti artinya “menciptakan Allah?”,
naudzubillahi min dzalik…
Karena yang satu
ini beda lagi masalahnya karena إنشاء (menciptakan/membuat) beda dengan
إن شاء الله (bila
menghendaki) dan pemakaiannya dalam kalimat berdasarkan kaidah bahasa Arab pun
berbeda bunyinya,
Bila إن شاء الله
dibacanya “InsyaAllahu” (bila Allah menghendaki)
bila إنشاء الله
dibacanya “Insyaullahi” (menciptakan Allah)
Kesimpulannya?
Jadi kalo kita
nulis pake “InsyaAllah”, atau “In Syaa Allah”, atau “In Shaa Allah” bacanya
sama aja dan artinya sama aja, yaitu “bila Allah menghendaki”, jadi nggak ada
arti lainnya.
yang paling
bagus, ya udah, nulis dan ngomong pake bahasa Arab aja sekalian, lebih aman
hehe..
Kami juga mengutip sebagian dari sebuah situs Islam yang mengatakan,
"...Karena dikira berasal
dari bahasa Arab, kata ‘Surga’ diganti menjadi ‘Syurga’ yang justru malah
menjadi keliru. Surga dalam bahasa Arab justru disebut “jannah” (جنّة), jauh
sekali dari kata ‘surga’. Demikian pula, kesalahan serupa terjadi pada
penulisan frasa ‘insya Allah’ yang belakangan ramai “dibetulkan” menjadi ‘in
sha Allah’.
Dalam
bahasa Arab, lafadz إِنْ شَاءَ اللّهُ tersusun dari tiga kata: “in, syaa-a,
Allah” terdiri dari (إِنْ) yang artinya “Jika”, ( شَاءَ ) yang artinya “Dia
berkehendak”, dan Allah. Secara bebas tiga kata ini dapat kita terjemahkan
menjadi “Jika Allah berkehendak”. Dimaksudkan bahwa segala rencana kita hanya
akan terlaksana jika Allah menghendakinya, sebuah keyakinan totalitas bahwa
Tuhan Maha Berkuasa di atas segala rencana manusia.
“Dan jangan sekali-kali kamu mengatakan terhadap sesuatu, ‘Sesungguhnya aku akan mengerjakan itu besok pagi,’ tanpa (dengan menyebut), ‘Insya Allah.’” [QS. Al-Kahfi: 23].”
Namun Jika kata tersebut disambung
menjadi ( إِنْشَاءَ ) dengan nun dan syin menempel,
maka insyaa-a ia akan berarti “menciptakan, menjadikan, atau menumbuhkan”
(Lihat QS. Al-An-‘am: 141 “Dan Dialah yang MENCIPTAKAN surga.. dst..”, atau QS.
al-Waqiah: 35, “Kami MENCIPTAKAN mereka [bidadari-bidadari] dengan
langsung.. dst.”). Penggunaan model seperti ini bisa juga menimbulkan tone
atau bunyi berbeda seperti Insya-Ullah atau InsyaUllah. Jika seperti
ini, dikhawatirkan ada sebagian kalangan memaknai kata ‘Allah’ sebagai
objek (maf’ul) yang diciptakan, padahal tentu saja tidak
demikian, karena itu merupakan sebuah makna yang sangat keliru, dan kita
berlindung kepada Allah atas makna demikian...." (http://www.dakwatuna.com/2014/08/11/55635/hiperkorek-penulisan-in-sha-allah/#axzz3hGdsvhbX)
(Disadur dari berbagai Sumber)