Notification

×

Iklan

Iklan

Most Popular Tags

INSYA ALLAH atau IN SHA ALLAH, MANA YANG BENAR ?

Rabu, 29 Juli 2015 | 17.43 WIB Last Updated 2015-07-29T09:43:14Z
    Share
Belakangan ini ramai dibicarakan persoalan penulisan kata Insya Allah yang konon katanya terjadi kesalahan penulisan dan memiliki makna yang berbeda, baik melalui Facebook, Twitter, maupun
BBM. Penulisan yang benar menurut pembicaraan tersebut adalah In Sha Allah yang artinya kalau Allah menghendaki. Sementara Insya Allah itu sendiri diartikan "Menciptakan Allah'. Bahkan sempat
beredar sebuah gambar yang mengatakan bahwa Dr. Zakir Abdul Karim Naik (Dr. Zakir Naik) juga membenarkan hal tersebut. Namun, pada akhirnya terbukti bahwa gambar tersebut hanyalah Hoax (pemberitaan palsu).
Persoalan ini sudah dijawab oleh beberapa tokoh agama Islam di tanah air. Di antaranya bisa dilihat dari penggalan tulisan yang kami kutip dari felixsiauw.com yang mengatakan,
"…Pertama-tama, bahasa Arab dan bahasa Indonesia tentu berbeda, bila bahasa Indonesia disusun berdasarkan huruf alfabet A-B-C dan seterusnya, sama seperti bahasa Inggris, tidak dengan bahasa Arab. Bahasa Arab tersusun dari huruf hijaiyah semisal ا (alif), ب (ba), ت (ta) dan seterusnya.
Perbedaan inilah yang akhirnya mengharuskan adanya transliterasi (penulisan bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia), misalnya, kata الله dalam bahasa Arab, bila ditransliterasikan ke dalam bahasa Indonesia bisa jadi “Allah”, “Alloh”, “Awloh” atau apapun yang senada dengan bacaan asli Arabnya, tergantung kesepakatan transliterasi.
Bila orang Indonesia sudah nyaman membaca tulisan الله dengan transliterasi “Allah” ya tidak perlu diganti dengan “Alloh” atau “Awloh”, toh bacanya juga sama walau tulisannya beda.
By the way, bahkan kalo orang nulis Allah dengan huruf kecil juga nggak dosa, karena dalam bahasa Arab aslinya الله pun nggak ada huruf besar dan huruf kecil.
Hanya kembali lagi, karena transliterasi dan penghormatan kepada Dzat Yang Maha Agung, ya sejatinya sudah kita tulis dengan “Allah”
Ok, sekarang, Insya Allah atau In Shaa Allah? yang bener إن شاء الله hehe..
Jadi kita bedah begini ceritanya
إن = bila
شاء = menghendaki
الله = Allah
Jadi, artinya إن شاء الله = bila Allah berkehendak
Nah, balik lagi ke transliterasi, terserah kesepakatan kita mau mentransliterasikan huruf ش jadi apa? “syaa” atau “shaa”?,
Kalo di negeri berbahasa Inggris sana, kata ش diartikan jadi “shaa”, kalo di Indonesia jadi “syaa”
masalahnya di Indonesia, huruf ص sudah ditransliterasikan jadi “shaa”, kalo disamain jadi tabrakan deh..
Saya pribadi lebih suka mentransliterasikan إن شاء الله jadi “InsyaAllah”, lebih simpel dan sesuai transliterasi bahasa Indonesia
Nah, bagaimana katanya kalo ada yang bilang “InsyaAllah” berarti artinya “menciptakan Allah?”, naudzubillahi min dzalik…
Karena yang satu ini beda lagi masalahnya karena إنشاء (menciptakan/membuat) beda dengan 
إن شاء الله (bila menghendaki) dan pemakaiannya dalam kalimat berdasarkan kaidah bahasa Arab pun berbeda bunyinya,
Bila إن شاء الله dibacanya “InsyaAllahu” (bila Allah menghendaki)
bila إنشاء الله dibacanya “Insyaullahi” (menciptakan Allah)
Kesimpulannya?
Jadi kalo kita nulis pake “InsyaAllah”, atau “In Syaa Allah”, atau “In Shaa Allah” bacanya sama aja dan artinya sama aja, yaitu “bila Allah menghendaki”, jadi nggak ada arti lainnya.
yang paling bagus, ya udah, nulis dan ngomong pake bahasa Arab aja sekalian, lebih aman hehe..

Kami juga mengutip sebagian dari sebuah situs Islam yang mengatakan,
"...Karena dikira berasal dari bahasa Arab, kata ‘Surga’ diganti menjadi ‘Syurga’ yang justru malah menjadi keliru. Surga dalam bahasa Arab justru disebut “jannah” (جنّة), jauh sekali dari kata ‘surga’. Demikian pula, kesalahan serupa terjadi pada penulisan frasa ‘insya Allah’ yang belakangan ramai “dibetulkan” menjadi ‘in sha Allah’.
Dalam bahasa Arab, lafadz إِنْ شَاءَ اللّهُ tersusun dari tiga kata: “in, syaa-a, Allah” terdiri dari (إِنْ) yang artinya “Jika”, ( شَاءَ ) yang artinya “Dia berkehendak”, dan Allah. Secara bebas tiga kata ini dapat kita terjemahkan menjadi “Jika Allah berkehendak”. Dimaksudkan bahwa segala rencana kita hanya akan terlaksana jika Allah menghendakinya, sebuah keyakinan totalitas bahwa Tuhan Maha Berkuasa di atas segala rencana manusia.

“Dan jangan sekali-kali kamu mengatakan terhadap sesuatu, ‘Sesungguhnya aku akan mengerjakan itu besok pagi,’ tanpa (dengan menyebut), ‘Insya Allah.’” [QS. Al-Kahfi: 23].”
Namun Jika kata tersebut disambung menjadi ( إِنْشَاءَ ) dengan nun dan syin menempel, maka  insyaa-a ia akan berarti “menciptakan, menjadikan, atau menumbuhkan” (Lihat QS. Al-An-‘am: 141 “Dan Dialah yang MENCIPTAKAN surga.. dst..”, atau QS. al-Waqiah: 35, “Kami MENCIPTAKAN mereka [bidadari-bidadari]  dengan langsung.. dst.”). Penggunaan model seperti ini bisa juga menimbulkan tone atau bunyi berbeda seperti Insya-Ullah atau InsyaUllah. Jika seperti ini, dikhawatirkan ada sebagian kalangan memaknai kata ‘Allah’ sebagai objek (maf’ul) yang diciptakan, padahal tentu saja tidak demikian, karena itu merupakan sebuah makna yang sangat keliru, dan kita berlindung kepada Allah atas makna demikian...." (http://www.dakwatuna.com/2014/08/11/55635/hiperkorek-penulisan-in-sha-allah/#axzz3hGdsvhbX)
(Disadur dari berbagai Sumber)