Notification

×

Iklan

Iklan

Most Popular Tags

Citizen Journalism: FPR SULSEL GELAR AKSI DAMAI

Selasa, 29 September 2015 | 00.41 WIB Last Updated 2015-10-01T13:48:14Z
    Share
FPR Sulsel saat turun ke jalan menggelar aksi damai dalam momentum Hari Tani
Tirtaindonesia.com, Makassar - Front Perjuangan Rakyat Sulawesi Selatan (FPR-Sulsel) yang terdiri dari aliansi mahasiswa dan petani menggelar aksi damai dalam momentum peringatan Hari Tani, Senin (28/9/2015).

Aksi ini dimulai sekitar pukul 10.00 Wita dengan lokasi pertama di sekitaran Fly Over, Jl Urip Sumoharjo-Jl AP Pettarani-Tol, Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Dalam aksinya, mereka meminta pemerintah melakukan pengawasan terhadap tanah pertanian milik petani. Sebab, beberapa lahan petani dinilai telah dirampas perusahaan perkebunan.

“Kita ini dihidupkan oleh petani. Jadi dalam momentum Hari Tani ini, kami meminta pemerintah lebih memperhatikan kehidupan petani, terutama bagi kesejahteraan dan lahan pertanian mereka yang kini banyak dialihkan untuk kepentingan perusahaan,” ujar Koordinator Lapangan, Askar pada orasinya di bawah Flyover.

Ia menilai, banyak kasus perampasan tanah milik petani terjadi selama beberapa tahun terakhir di Sulawesi Selatan. Misalnya, kata dia, yang dilakukan PTPN XIV PG di Kecamatan Polongbangkeng Utara, Takalar dan PT. London Sumatera (PT Lonsum) di Bulukumba.

FPR-Sulsel menganggap keduanya melakukan praktek perampasan tanah milik dan kriminalisasi terhadap warga melawan. Dalam tuntutannya, massa aksi meminta pemerintah melakukan reformasi agraria. Juga meminta bupati Takalar untuk mengembalikan tanah warga Polongbangkeng Utara yang telah dijanjikan 100 hektar (Ha).

Tuntutan tersebut kembali mereka sampaikan saat massa menyambangi kantor PT. Perkebunan Nusantara (PTPN) Sulawesi Selatan yang terletak Jalan Urip Sumoharjo km. 4, Panakukkang Makassar. Kemudian massa bergerak menuju kantor DPRD Sulsel. Selain mengangkat isu masalah petani, mereka juga mengangkat isu bidang pendidikan.

Dalam orasinya, massa juga menegaskan, Negara harus hadir sepenuhnya untuk bertanggung jawab atas penyelenggaraan pendidikan di Indonesia. Di bawah pemerintahan Jokowi-JK yang telah berlangsung kurang lebih 11 bulan, perubahan atas dunia pendidikan di Indonesia tidak juga dirasakan rakyat. Malahan Pendidikan semakin mahal yang berbanding lurus dengan semakin sempitnya akses rakyat atas pendidikan. (Ferdhy/Cj)