Tingginya intensitas hujan di Jakarta telah melumpuhkan aktivitas perekonomian. Sejumlah ruas jalan terpantau terendam banjir.
Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pasar Indonesia (Asprindo) Joko Setiyanto mengungkapkan banjir telah menghambat proses distribusi bahan pangan serta beberapa barang lainnya ke Jakarta.
"Distribusi semuanya terhambat. Seluruh sopir yang akan mengantar bahan pokok maupun barang-barang tidak bisa masuk ke Jakarta," ujar Joko kepada merdeka.com, Jakarta, Selasa (10/2).
Terhambatnya proses distribusi saat musim banjir, lanjut Joko, dilatarbelakangi oleh transportasi dasar di Ibukota masih mengandalkan jalur darat yakni menggunakan Truk.
"Kalau basic transportasi distribusi dengan kereta mungkin menolong. Sekarang sopir-sopir truk yang mau masuk ke Jakarta susah," tuturnya.
Joko memperkirakan potensi kerugian pedagang bahan pokok kecil akibat lumpuhnya transportasi di Ibukota mencapai 70 persen. "Sekitar 70 persen kalau kerugian yang ada khususnya pedagang-pedagang bahan pangan kecil. Kan itu barangnya tidak tahan lama," ucapnya.
Untuk itu, Joko menyayangkan buruknya sistem tata lingkungan serta perencanaan drainase. Bencana banjir seakan menjadi peristiwa tahunan di mana seharusnya dipikirkan jalan keluarnya untuk jangka panjang.
"Kemarin sama hari ini kan itungannya hujan lokal di Jakarta. Lalu ada banjir begini, itu kan berarti perencanaan drainase, tata lingkungan ngawur, resapannya juga sudah jadi gedung semua," keluhnya.
"Hal ini yang seharusnya dicarikan solusi, karena hampir tiap tahun kejadian. Bukan hanya pada ribut soal politik saja," tandas Joko.
[bim]
smbr: http://www.merdeka.com/politik/
Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pasar Indonesia (Asprindo) Joko Setiyanto mengungkapkan banjir telah menghambat proses distribusi bahan pangan serta beberapa barang lainnya ke Jakarta.
"Distribusi semuanya terhambat. Seluruh sopir yang akan mengantar bahan pokok maupun barang-barang tidak bisa masuk ke Jakarta," ujar Joko kepada merdeka.com, Jakarta, Selasa (10/2).
Terhambatnya proses distribusi saat musim banjir, lanjut Joko, dilatarbelakangi oleh transportasi dasar di Ibukota masih mengandalkan jalur darat yakni menggunakan Truk.
"Kalau basic transportasi distribusi dengan kereta mungkin menolong. Sekarang sopir-sopir truk yang mau masuk ke Jakarta susah," tuturnya.
Joko memperkirakan potensi kerugian pedagang bahan pokok kecil akibat lumpuhnya transportasi di Ibukota mencapai 70 persen. "Sekitar 70 persen kalau kerugian yang ada khususnya pedagang-pedagang bahan pangan kecil. Kan itu barangnya tidak tahan lama," ucapnya.
Untuk itu, Joko menyayangkan buruknya sistem tata lingkungan serta perencanaan drainase. Bencana banjir seakan menjadi peristiwa tahunan di mana seharusnya dipikirkan jalan keluarnya untuk jangka panjang.
"Kemarin sama hari ini kan itungannya hujan lokal di Jakarta. Lalu ada banjir begini, itu kan berarti perencanaan drainase, tata lingkungan ngawur, resapannya juga sudah jadi gedung semua," keluhnya.
"Hal ini yang seharusnya dicarikan solusi, karena hampir tiap tahun kejadian. Bukan hanya pada ribut soal politik saja," tandas Joko.
[bim]
smbr: http://www.merdeka.com/politik/