Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan berdasarkan hasil uji krisis (stress test), bila depresiasi rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menyentuh ke level Rp 15 ribu diyakini akan memukul kecukupan permodalan lima bank di Indonesia.
Deputi Komisioner Bidang Pengawasan Perbankan OJK Irwan Lubis mengungkapkan, berdasarkan hal ini pihaknya tidak menunggu agar rupiah terus melemah.
"Kalau Rp 15 ribu ada 1 sampai 5 bank yang kena, kita sudah panggil manajemen bank, kita nggak tunggu rupiah tertekan jauh," ujarnya di Kantor OJK, Jakarta, Kamis (12/3/2015).
Selain itu menurut dia, jika depresiasi rupiah menembus Rp 15 ribu per dolar AS, maka kondisi ini akan mengganggu stabilitas makro ekonomi.
"Pada variabel pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan, mengikuti pelemahan rupiah," lanjutnya.
Pelemahan rupiah ini juga akan mendorong peningkatan rasio kredit bermasalah (NPL) dan sebagian besar indikator ekonomi makro. "OJK juga sudah melakukan supervisory action secara aktif terkait dengan transaksi valuta asing," kata dia.
Irwan menjelaskan, saat ini rata-rata rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio(CAR) perbankan hingga akhir Januari 2015 sebesar 21,01 persen atau masih jauh lebih tinggi dari batas normal yang sebesar 14 persen. "Pendorong CAR sampai 21 persen ini karena besarnya laba ditahan," tandas dia. (liputan6.com)
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan berdasarkan hasil uji krisis (stress test), bila depresiasi rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menyentuh ke level Rp 15 ribu diyakini akan memukul kecukupan permodalan lima bank di Indonesia.
Deputi Komisioner Bidang Pengawasan Perbankan OJK Irwan Lubis mengungkapkan, berdasarkan hal ini pihaknya tidak menunggu agar rupiah terus melemah.
Deputi Komisioner Bidang Pengawasan Perbankan OJK Irwan Lubis mengungkapkan, berdasarkan hal ini pihaknya tidak menunggu agar rupiah terus melemah.
"Kalau Rp 15 ribu ada 1 sampai 5 bank yang kena, kita sudah panggil manajemen bank, kita nggak tunggu rupiah tertekan jauh," ujarnya di Kantor OJK, Jakarta, Kamis (12/3/2015).
Selain itu menurut dia, jika depresiasi rupiah menembus Rp 15 ribu per dolar AS, maka kondisi ini akan mengganggu stabilitas makro ekonomi.
"Pada variabel pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan, mengikuti pelemahan rupiah," lanjutnya.
Pelemahan rupiah ini juga akan mendorong peningkatan rasio kredit bermasalah (NPL) dan sebagian besar indikator ekonomi makro. "OJK juga sudah melakukan supervisory action secara aktif terkait dengan transaksi valuta asing," kata dia.
Irwan menjelaskan, saat ini rata-rata rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio(CAR) perbankan hingga akhir Januari 2015 sebesar 21,01 persen atau masih jauh lebih tinggi dari batas normal yang sebesar 14 persen. "Pendorong CAR sampai 21 persen ini karena besarnya laba ditahan," tandas dia. (liputan6.com)
Selain itu menurut dia, jika depresiasi rupiah menembus Rp 15 ribu per dolar AS, maka kondisi ini akan mengganggu stabilitas makro ekonomi.
"Pada variabel pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan, mengikuti pelemahan rupiah," lanjutnya.
Pelemahan rupiah ini juga akan mendorong peningkatan rasio kredit bermasalah (NPL) dan sebagian besar indikator ekonomi makro. "OJK juga sudah melakukan supervisory action secara aktif terkait dengan transaksi valuta asing," kata dia.
Irwan menjelaskan, saat ini rata-rata rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio(CAR) perbankan hingga akhir Januari 2015 sebesar 21,01 persen atau masih jauh lebih tinggi dari batas normal yang sebesar 14 persen. "Pendorong CAR sampai 21 persen ini karena besarnya laba ditahan," tandas dia. (liputan6.com)
