![]() |
Ferdhy Al Mubarak (Ketua bidang Organisasi Laskar Merah Putih kota Makassar) |
Malam ini, usai saya meneguk segelas kopi susu warkop Pa'De yang berada dijalan sultan alauddin Kota Makassar , saya ditelpon oleh seorang kawanku di kos untuk dibelikan sebungkus nasi goreng dan sebungkus rokok , karena kata temanku di kos tak ada kendaraan untuk bisa digunakannya untuk keluar.
Apa yang menjadi catatan penting saya malam ini, adalah ketika saya memesan nasi goreng dan dan sebungkus rokok di warung yang letaknya sekitar 100 meter dari Warkop Pa'De tempat saya menikmati segelas kopi susu tadi. Sambil menunggu, mata saya tertuju ke dalam warung. saya melihat banyak sekali kaum muda yang duduk di dalamnya. Mereka duduk memenuhi kursi dan meja yang tersedia. Di atas meja mereka berderet laptop dan Handphone berbagai tipe dan saya berpikir mereka sedang menggunakan laptop dan handphone mereka. Saya mengira mereka sedang menulis artikel atau cerpen atau mungkin menyelesaikan tugas-tugas kuliah yang diberikan dosen mereka dikampus. Karena ternyata mereka yang berada di dalam warung itu adalah para mahasiswa dan pelajar. Mereka adalah kaum muda yang kupikir yang akan menjadi penerus tongkat ekstapet kepemimpinan bangsa yang dilanda krisis kepemimpinan ini, namun Ternyata tidak.
Mereka bukan sedang menulis artikel atau cerpen atau berdiskusi tentang kondisi sosial-politik bangsa ini dan Bukan pula sedang mengerjakan tugas-tugas kuliah. Entah mahasiswa dari kampus mana, saya juga tidak sempat bertanya. Manalah mungkin saya bisa bertanya satu per satu. Satu saja saya enggan. hanya saja saya bertanya kepada juru parkir yang menjaga sepeda motor mereka di depan warung. Sang juru parkir mengatakan, itu mahasiswa dek. Jadi saya berpikir apakah mereka menghabiskan waktu di warung kopi hingga larut malam?. Tenyata iya mereka habiskan waktu bertatapan dengan Laptop atau Handphone mereka sampai warung ini ditutup pak. Wow, jawab saya. memang benar, mereka asyik bermain game online.
Untuk meyakin diri saya akan apa yang mereka lakukan, sambil menunggu nasi goreng dan Rokok dibungkus untuk dibawa pulang, mata saya terus mengamati gerak-gerik mereka. Melihat screen laptop atau handphone yang bergerak-gerak dan earphone yang mereka pakai, tampak game yang mereka mainkan. Lalu, pikiran saya pun bergerak nakal. Saya berkata dan bercakap-cakap dengan diri sendiri, tetapi percakapan dalam hati. Saya bertanya pada diri saya sendiri, Inikah yang disebut sebagai mahasiswa generasi game online?
Kupikir tidaklah berlebihan kalau saya menyebutnya dengan mahasiswa game online. Sebab, bila kita mau bergerak memasuki warung-warung kopi yang ada di seluruh kota makassar, kita akan menemukan jawaban bahwa di kota yang dijuluki kota daeng ini banyak mahasiwa bahkan mahasiswi yang menghabiskan hari-hari mereka dengan main game online, walau ada banyak pula yang mungkin mengerjakan tugas kuliah di warung kopi yang memiliki fasilitas wifi. Apalagi hampir rata-rata menyediakan fasilitas internet dengan wifi gratis itu.
Oleh sebab itu, wajar saya prihatin. Saya cuma memimpinkan kaum muda kota daeng ini bersama semua golongan untuk memikirkan nasib bangsa kita ini, karena saya yakini betul, pemimpin masa depan bangsa adalah kaum muda itu sendiri.
Sesungguhnya, harapan bangsa ini ada di golongan kaum muda dan pasti kita tak ingin mahasiswa kita yang akan menjadi sarjana itu menjadi mahasiswa generasi game online. jelas kalau kelak lahir generasi game online terus, maka kerugianlah yang akan dipetik kemudian. Semoga saja, para mahasiswa kita bisa cepat sadar dan mengembalikan fungsi laptop mereka untuk membangun kapasitas diri dengan membaca, mau menulis serta mendiskusikan sosial politik bangsa ini dan menjadikan atau menggunakan laptop dan handphone mereka di warung kopi untuk keperluan yang lebih edukatif, produktif dan berguna bagi masa depan mereka dan masa depan bangsa indonesia. Harapanku saya tuangkan dalam sebuah tulisan ini. Semoga. Jayalah Pemuda Indonesia.