Notification

×

Iklan

Iklan

Most Popular Tags

Perjalanan Karir Rizal Ramli dan Denny Indrayana Di Masa Pemerintahan SBY

Minggu, 22 Maret 2015 | 14.20 WIB Last Updated 2015-03-22T06:20:37Z
    Share


Seorang ekonom senior yang juga Menteri Koordinator Perekonomian di era Presiden Abdurahman Wahid (Gus Dur), Rizal Ramli (RR) mendadak didapuk menjadi Komisaris Utama (Komut) Bank BNI berdasarkan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) berduet dengan Achmad Baequni sebagai Direktur Utama.
Menariknya, ditengah RUPS berlangsung, RR justru tengah keliling Inggris dan sejumlah negara Eropa untuk memberikan serangkaian kuliahnya di berbagai forum dan inistitusi. Ada apakah gerangan dengan RR? Pasalnya, RR dikenal sangat kritis terhadap pemerintah dan menentang segala kebijakan pemerintah yang berbau neolib. Selain itu, RR bukan tim sukses Jokowi, seperti yang lain yang telah mendapatkan jatah jabatan di beberapa Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Perbedaan Rizal Ramli dan Denny Indrayana
Rizal Ramli merupakan ekonom yang aktif memperjuangkan sistem perekonomian kerakyatan. Sebaliknya, RR sangat menentang sistem ekonomi Neo Liberal (Neolib). Tak segan, RR turun ke jalan bersama para mahasiswa menggelar demonstrasi menentang kebijakan pemerintah yang dinilai merugikan rakyat. Bisa dibilang kalau RR itu pejuang ekonomi kerakyatan.
Begitu pun dengan Denny Indrayana. Semasa kuliah di Universitas Gajah Mada (UGM), Denny dikenal sebagai aktivis antikorupsi. Berbagai demonstrasi kerap ia lakukan, menentang para politisi korup yang banyak merugikan negara. Bahkan Denny dikenal melalui pernyataannya yang mencengangkan publik. Ia menyatakan bahwa korupsi di Indonesia melibatkan tiga pihak, yakni istana, pemegang senjata dan pengusaha naga. Pernyataan itulah yang membuat namanya kian dikenal publik. (Baca: Denny Indrayana : Korupsi Di Indonesia Adalah Istana, Pemegang Senjata dan Pengusaha Naga)
Pada masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), RR dan Denny aktif mengkritisi kebijakan pemerintahan SBY. Kedua tokoh tersebut telah mengguncangkan istana melalui berbagai demonstrasi dan pernyataannya yang dimuat diberbagai media.
Kala itu, dengan berbagai pertimbangan penasehatnya, SBY memanggil RR dan memberinya jabatan Komut PT. Semen Gresik (SG) Group yang kini berubah nama menjadi PT. Semen Indonesia. Mendapat amanah jabatan itu, RR langsung menggenjot kinerja direksi dan seluruh jajarannya, lantaran PT. SG diambang kehancuran. Walau berbagai protes datang dari mana-mana, RR terus bekerja keras hingga akhirnya membuahkan hasil.
Semen Gresik berhasil tampil sebagai salah satu  BUMN terbaik, dengan menempati peringkat ke-7. Padahal, sebelumnya  PT. SG selalu terdampar di luar 20 besar. Kinerja keuangannya cemerlang. Laba sebelum bunga, pajak, penyusutan, dan amortisasi (EBTDA) naik dari Rp. 2,3 triliun menjadi Rp. 2,8 triliun. Laba bersih tahun 2007 pun melonjak 37% dari Rp. 1,3 triliun (pada tahun 2006 ) menjadi Rp. 1,8 triliun.
Melalui Menteri BUMN Sofyan Djalil, SBY justru memecat Rizal Ramli. Usut punya usut, keputusan itu terjadi lantaran tokoh yang dikenal sebagai ikon perubahan itu ikut turun ke jalan bersama sekitar 20.000 mahasiswa dan pemuda untuk menentang dinaikkannya harga BBM pada 2008 silam.
Rupanya SBY geram dengan RR yang masih tetap kritis walau sudah diberi jabatan sebagai jalan untuk membungkam kekritisannya. Kemudian SBY merangkulnya kembali dengan menawarkan posisi sebagai Menteri Perindustrian, namun tawaran tersebut ditolak oleh RR.
RR bukanlah orang yang gila jabatan. Serangkaian posisi penting seperti Kepala Bulog, Menko Perekonomian, dan Menteri Keuangan pernah disandangnya. Prestasi gemilang RR di bidang makro dan mikro ekonomi tak diragukan lagi. Ia dikenal sebagai ekonom bertangan dingin.
Ketika menjadi Sekretaris Komite Kebijakan Sektor Keuangan (KKSK), Kepala Badan Urusan Logistik (Bulog), dan Menko Perekonomian. Sejumlah kebijakan terobosannya terbukti mampu menjadi solusi yang cepat dan tepat.
Di Bulog, misalnya, Rizal Ramli ingin menghendaki citra bulog yang lebih baik. Langkah restrukturisasi besar-besaran pun mulai digulirkan. Terjadi pergantian dan mutasi lima jabatan eselon satu dan dua. Semua itu dilakukan agar Bulog menjadi lebih transparan, akuntabel, dan profesional.
Keberpihakan kepada para petani, diwujudkan dalam bentuk peningkatan pembelian gabah, bukan beras dari petani. Bukan rahasia lagi, pembelian beras oleh Bulog kerap menimbulkan kecurangan yang dilakukan oleh para tengkulak. Mereka membeli beras petani, kemudian dioplos dengan beras impor, lalu dijual ke bulog.
Bagaimana dengan Denny Indrayana? Saat menjadi aktivis UGM, Denny kerap tampil kritis pula. Hingga akhirnya SBY memberinya jabatan sebagai Staf Khusus Presiden. Jabatan tersebut didapatnya tak lama setelah dirinya tampil di stasiun televisi pemerintah (TVRI Jogya) bersama Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Antasari Azhar.
Disanalah Denny menantang Antasari Azhar yang beru terpilih dua bulan sebagai Ketua KPK untuk membongkar praktek korupsi yang terjadi di istana. Sejak menjabat sebagai Staf Khusus Presiden, mendadak Denny berubah. Sikapnya yang kritis terhadap pemerintah berbalik arah mendukung seluruh kebijakan pemerintah.
Perubahan sikap Denny mendapat sorotan negatif dari para pengamat politik. Hal itu disebabkan keteguhan Denny dalam pemberantasan praktek korupsi yang dulu dia katakan melibatkan istana, pemegang senjata dan pengusaha naga.
Tak lama kemudian, SBY memberi jabatan lebih tinggi pada Denny, yakni Wakil Menteri Hukum dan HAM (Wamenkumham) mendampingi Menkumham Amir Syamsuddin, hingga masa jabatannya berakhir di 2014. Denny tak serupa dengan Rizal Ramli yang dicopot SBY lantaran masih kritis terhadap kebijakan pemerintah. Perjalanan karir Denny di Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham) berjalan mulus. Hingga berakhrinya masa pemerintahan SBY, berakhir pula jabatan Denny dan karirnya akibat tersandung kasus korupsi program Payment Gateway di Kemenkumham. Kerugian negara ditaksir mencapai Rp. 32,8 miliar.
Rizal Ramli sebagai pejuang ekonomi kerakyatan dengan karir cemerlang, sedangkan Denny Indrayana sebagai pejuang Antikorupsi dengan karir suram, akibat tersandung kasus korupsi.
Apakah Rizal Ramli akan tetap kritis terhadap kebijakan pemerintah, walau jabatan mentereng kini telah diberikan oleh Jokowi. Semoga Rizal Ramli masih seperti dulu. Amin.
Penulis: Biren Muhammad ASQ.