Prosesi pelemparan jumroh di Mina. (Detik foto/Gagah Wijoseno)
Jakarta, - Tragedi Mina yang merenggut nyawa 717 orang jemaah haji masih menyimpan misteri soal akar penyebabnya. Penyelidikan masih terus dilakukan pemerintah Saudi, namun ada beberapa poin yang terangkum CNN soal asal mula mengapa insiden mematikan itu terjadi.Di antara penyebabnya adalah kondisi dan sikap para jemaah jelang pelaksanaan lempar jumroh di Mina, seperti tergesa-gesa, berjalan lawan arah, hingga kebingungan karena baru pertama kali naik haji.
Banyak orang di waktu yang sempit
Lebih dari dua juta umat Islam seluruh dunia berada di Mekkah untuk melaksanakan ibadah haji. Prosesi selama lima hari harus dijalankan dengan runut secara bersamaan, termasuk melempar jumroh, perlambang setan, di Mina.
Namun peristiwa kali ini bukan terjadi di lokasi pelemparan jumroh, melainkan di jalan menuju tempat itu.
Selain 717 orang tewas, data terbaru menunjukkan 900 orang terluka di jalan 204 Mina.
Seorang jemaah yang juga wartawan, Ethar El-Katatney, mengatakan saat itu ada rombongan jemaah yang datang dari arah berlawanan. Kedua jemaah beda jurusan itu lantas saling dorong dan terjadilah bencana terinjak-injak atau kehabisan nafas.
Setelah insiden itu, butuh berjam-jam sampai regu penyelamat datang dan menyelamatkan para jemaah. Pemandangan saat itu, kata Katatney, sangat mengerikan.
"Mayat-mayat saling bertumpukan...mereka sebelumnya saling dorong, terdorong, panik, teriak. Saat itu sangat panas, seseorang terjatuh, lalu terinjak dan dia terinjak lagi," kata Katatney.
Saat itu pagi hari, waktu yang dinilai paling afdol untuk melakukan ibadah lempar jumroh. Katatney mengatakan, waktu pelaksanaan haji yang hanya lima hari membuat para jemaah ingin segera menyelesaikan satu ritual untuk beralih ke ritual lainnya.
"Waktunya sangat sedikit untuk menyelesaikan ritual," kata dia.
Kepanasan dan kelelahan
Perjalanan haji menuntut fisik yang kuat, apalagi musim haji kali ini matahari tengah terik. Suhu bisa mencapai 43 derajat Celcius, mereka yang tidak kuat panas bisa pingsan.
"Saya keluar beberapa jam untuk mengambil foto, merekam. Hanya dua jam saya berdiri di bawah matahari, saya pusing dan tidak mustahil bisa pingsan. Tapi tetap saja, hal ini tidak menghentikan jemaah untuk melakukan ritual," ujar Katatney.
Katatney berbicara dengan beberapa pria yang terlibat dalam desak-desakan mematikan di Mina.
"Mereka berkata, jika kau tidak cukup kuat untuk menahan dorongan dan kamu jatuh, maka kamu tidak akan bisa bangun lagi," kata Katatney.
Kurang pengalaman
Saudi telah lama menjadi penyelenggara haji sehingga memantapkan cara mereka melayani para jemaah. Namun bagi sebagian jemaah, haji ini mungkin adalah yang pertama kali.
Jemaah yang kurang berpengalaman ini mungkin kebingungan dan tidak mengikuti arah dengan benar atau panik saat menghadapi situasi kacau.
"Jika terjadi kesalahan, jika rombongan salah belok, maka akan menyebabkan bencana. Dan itulah yang terjadi kemarin," kata Jamal Khashoggi, wartawan dari stasiun televisi El Arab.
Juru bicara keamanan di Kementerian Dalam Negeri Saudi, Mayjen Mansour Al-Turki sebelumnya juga mengatakan kekacauan di Mina diduga disebabkan jemaah yang tidak mengikuti aturan.
Khashoggi mengatakan, para jemaah pemula ini "berjalan seenaknya atau mencoba cari jalan pintas."
Sejarah kelam
Peristiwa kali ini mengulangi kembali tragedi serupa di masa lampau dalam prosesi yang sama di Mina. Insiden terparah terjadi pada tahun 1990 saat 1.426 orang tewas.
Namun insiden Kamis lalu terjadi hanya selang 13 hari sejak bencana crane ambruk di Masjidil Haram yang menewaskan 107 orang.
Pemerintah Saudi sebelumnya telah berupaya keras memperbaiki semua fasilitas bagi para jemaah, di antaranya memperluas Masjidil Haram atau membangun jembatan di Mina.
Iran yang ratusan warganya tewas dalam insiden itu menuduh Saudi tidak becus menyelenggarakan haji.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan membela Saudi dengan menampik kritikan Iran, mengatakan bahwa Saudi telah berupaya keras menyelenggarakan haji, sebuah tugas besar yang tidak mudah.(cnn Indonesia)