Tumbangnya dinasti Idham Samawi dari PDIP yang telah berkuasa selama 15
tahun di Bantul dalam Pilkada serentak yang digelar 9 Desember kemarin
sangat mengagetkan.
Berdasarkan hasil quick count Metro TV maupun penghitungan internal di posko Suharsono-Halim, pasangan nomor urut satu memperoleh 249.023 suara (53,5%), sedangkan paslon nomor urut dua hanya 215.750 (46,5%).
Dan pihak yang paling kaget adalah kubu PDIP yang sebelumnya amat sangat yakin akan menang diatas 60 persen. Terlebih mereka telah berkuasa 15 tahun di Bantul. Periode 2000-2010 bupatinya Idham Samawi, lalu dilanjut periode 2010-2015 istrinya Idham, Sri Suryawidati yang jadi bupati. Tak heran mereka terkejut dengan kekalahan di Pilkada kali ini.
Dilansir sindonews, Tim Pemenangan dari pasangan nomor urut 2, Sri Suryawidati-Misbakul Munir menengarai ada kekuatan besar di luar partai politik dalam Pilkada Bantul.
Dimana kekuatan tersebut mampu menggerakkan suara rakyat Bantul ke pasangan nomor urut 1, Suharsono-Abdul Halim Muslich. Kekuatan ini tidak diduga oleh tim pemenangan pasangan petahana (incumbent) tersebut.
Ketua Dewan Pengurus Cabang (DPC) PDIP Bantul, Aryunadi menyatakan kekalahan ini tidak terduga karena ada kekuatan besar di luar partai pendukung pasangan calon nomor urut 1. Kekuatan tersebut yang menyebabkan pasangan lawan menang. "Ada kekuatan besar yang menyokong mereka (pasangan nomor urut 1)," tuturnya, Kamis (10/12/2015).
Berdasarkan kesimpulan dari evaluasi yang sudah dilakukan oleh DPC PDIP Bantul saat ini, ada kekuatan politik di luar parpol ikut kiprah dalam hajatan Pilkada kali ini.
Namun ia enggan menyebutkannya secara jelas siapa tim tersebut. Ia juga enggan menuduh intelejen yang berada di belakang tim pasangan nomor urut satu ini.
Dari evaluasi internal yang dilakukan oleh timnya, di tingkatan grassroot tingkat desa dan kecamatan gerakan tim di luar partai politik ini cukup masif.
Salah satu contohnya, Arjun menyebut saksi* yang digunakan di hari pencoblosan saja mengimpor dari luar wilayah TPS alias bukan warga setempat tetapi suaranya cukup bagus di TPS tersebut. "Ini ada kekuatan politik di luar parpol yang mempengaruhi suara rakyat bantul," terangnya.
Aryun sendiri membantah kekalahan ini karena mesin pemenangan yang berada di belakang pasangan Ida-Munir tidak berjalan.
Sebab ia mengklaim semua strategi mulai dari perencanaan hingga pelaksanaan berjalan sebagaimana mestinya. Bahkan di detik terakhir timnya bergerak maksimal hingga monitoring tetap berjalan.
Kendati demikian, seandainya nanti Komisi Pemilihan Umum (KPU) memutuskan ternyata suara pasangan yang mereka usung lebih sedikit dibanding pasangan nomor satu, maka ia akan memberikan ucapan selamat kepada pasangan nomo urut 1, Suharsono – Halim untuk memimpin Bantul ke depan.
"Namun untuk hitungan, kami masih menunggu badan saksi kecamatan. Kami belum melihatnya," ujarnya.
Sementara itu, calon Bupati nomor urut 1 yang sementara unggul, Suharsono mengatakan, mengalahkan calon incumbent yang sudah lama berkuasa layaknya dinasti bukan persoalan yang mudah.
Ia sendiri menerapkan strategi yang sudah ia pelajari selama menjadi polisi. Untuk memenangkan Pilkada ini ia menerapkan strategi perang.
"Saya lihat karakter lawan seeperti apa dulu. Saya orang psikologi jadi mengetahui seperti apa. Saya tahu kapan saya harus beraksi. Pertengahan November saya kerja keras," tuturnya, seperti dilansir disindonews.
Berdasarkan hasil quick count Metro TV maupun penghitungan internal di posko Suharsono-Halim, pasangan nomor urut satu memperoleh 249.023 suara (53,5%), sedangkan paslon nomor urut dua hanya 215.750 (46,5%).
Dan pihak yang paling kaget adalah kubu PDIP yang sebelumnya amat sangat yakin akan menang diatas 60 persen. Terlebih mereka telah berkuasa 15 tahun di Bantul. Periode 2000-2010 bupatinya Idham Samawi, lalu dilanjut periode 2010-2015 istrinya Idham, Sri Suryawidati yang jadi bupati. Tak heran mereka terkejut dengan kekalahan di Pilkada kali ini.
Dilansir sindonews, Tim Pemenangan dari pasangan nomor urut 2, Sri Suryawidati-Misbakul Munir menengarai ada kekuatan besar di luar partai politik dalam Pilkada Bantul.
Dimana kekuatan tersebut mampu menggerakkan suara rakyat Bantul ke pasangan nomor urut 1, Suharsono-Abdul Halim Muslich. Kekuatan ini tidak diduga oleh tim pemenangan pasangan petahana (incumbent) tersebut.
Ketua Dewan Pengurus Cabang (DPC) PDIP Bantul, Aryunadi menyatakan kekalahan ini tidak terduga karena ada kekuatan besar di luar partai pendukung pasangan calon nomor urut 1. Kekuatan tersebut yang menyebabkan pasangan lawan menang. "Ada kekuatan besar yang menyokong mereka (pasangan nomor urut 1)," tuturnya, Kamis (10/12/2015).
Berdasarkan kesimpulan dari evaluasi yang sudah dilakukan oleh DPC PDIP Bantul saat ini, ada kekuatan politik di luar parpol ikut kiprah dalam hajatan Pilkada kali ini.
Namun ia enggan menyebutkannya secara jelas siapa tim tersebut. Ia juga enggan menuduh intelejen yang berada di belakang tim pasangan nomor urut satu ini.
Dari evaluasi internal yang dilakukan oleh timnya, di tingkatan grassroot tingkat desa dan kecamatan gerakan tim di luar partai politik ini cukup masif.
Salah satu contohnya, Arjun menyebut saksi* yang digunakan di hari pencoblosan saja mengimpor dari luar wilayah TPS alias bukan warga setempat tetapi suaranya cukup bagus di TPS tersebut. "Ini ada kekuatan politik di luar parpol yang mempengaruhi suara rakyat bantul," terangnya.
Aryun sendiri membantah kekalahan ini karena mesin pemenangan yang berada di belakang pasangan Ida-Munir tidak berjalan.
Sebab ia mengklaim semua strategi mulai dari perencanaan hingga pelaksanaan berjalan sebagaimana mestinya. Bahkan di detik terakhir timnya bergerak maksimal hingga monitoring tetap berjalan.
Kendati demikian, seandainya nanti Komisi Pemilihan Umum (KPU) memutuskan ternyata suara pasangan yang mereka usung lebih sedikit dibanding pasangan nomor satu, maka ia akan memberikan ucapan selamat kepada pasangan nomo urut 1, Suharsono – Halim untuk memimpin Bantul ke depan.
"Namun untuk hitungan, kami masih menunggu badan saksi kecamatan. Kami belum melihatnya," ujarnya.
Sementara itu, calon Bupati nomor urut 1 yang sementara unggul, Suharsono mengatakan, mengalahkan calon incumbent yang sudah lama berkuasa layaknya dinasti bukan persoalan yang mudah.
Ia sendiri menerapkan strategi yang sudah ia pelajari selama menjadi polisi. Untuk memenangkan Pilkada ini ia menerapkan strategi perang.
"Saya lihat karakter lawan seeperti apa dulu. Saya orang psikologi jadi mengetahui seperti apa. Saya tahu kapan saya harus beraksi. Pertengahan November saya kerja keras," tuturnya, seperti dilansir disindonews.
____